WAWASANCEMERLANG.COM – Para eksportir kratom di Indonesia saat ini menghadapi kendala signifikan dalam pengiriman produk mereka ke pasar internasional. Per 19 Desember 2024, tercatat 57 kontainer berisi 1.525 ton kratom siap ekspor tertahan akibat proses perizinan yang berlapis dari pemerintah. Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Kratom Indonesia (Pekrindo), Yosef, menyatakan bahwa selama tiga bulan terakhir, bahkan untuk mengekspor 2 kilogram kratom pun mengalami kesulitan.
Salah satu hambatan utama adalah kebutuhan akan persetujuan ekspor (PE) dari Kementerian Perdagangan serta laporan surveyor (LS) yang diterbitkan oleh lembaga surveyor yang ditunjuk pemerintah. Hingga saat ini, penunjukan surveyor masih dalam tahap diskusi, dan pemerintah berjanji akan menyelesaikannya pada bulan Januari 2025. Yosef berharap agar proses ini segera rampung sehingga ekspor dapat kembali berjalan dan para pengusaha tidak terus-menerus mengalami kerugian.
Di sisi lain, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menekankan perlunya penelitian lebih lanjut terkait kratom. Peneliti BRIN, Profesor Masteria Yunovilsa Putra, menyatakan bahwa masih terdapat pro dan kontra mengenai tanaman ini. BRIN diminta oleh pemerintah untuk meneliti dampak negatif dan positif dari kratom guna memastikan keamanannya.
Baca Juga : Impor Singkong Akan Dibatasi,Ucap: Menko Zulkifli
Sebelumnya, pada Oktober 2023, Badan Karantina Indonesia menyatakan bahwa Indonesia belum diperbolehkan mengekspor kratom karena masih memerlukan penelitian khusus dari BRIN untuk memastikan apakah tumbuhan tersebut layak konsumsi atau tidak.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani dan eksportir kratom, terutama di Kalimantan Barat sebagai daerah penghasil utama. Mereka berharap pemerintah segera memberikan kepastian hukum dan menyelesaikan proses perizinan ekspor agar mata pencaharian mereka tidak terancam.
Pemerintah diharapkan dapat segera menyelesaikan regulasi terkait ekspor kratom, dengan mempertimbangkan hasil penelitian dan kepentingan para petani serta eksportir, sehingga potensi ekonomi dari tanaman ini dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa mengabaikan aspek keamanan dan kesehatan.
1 komentar